Indonesia, Kesehatan - Topik-topik kesehatan di 2019 kerap jadi sorotan masyarakat hingga media. Tak hanya pada orang dewasa, kesehatan pada anak pun kerap jadi sorotan bahkan menjadi kejadian luar biasa (KLB) di Indonesia.
Status KLB diberikan ketika adanya peningkatan jumlah kasus penyakit pada suatu kawasan melebihi ekspektasi normal dan terjadi secara mendadak.
Menilik kembali sepanjang tahun 2019, dokter spesialis anak di RS Universitas Indonesia Nina Dwi Putri menggarisbawahi beberapa penyakit yang sempat merebak.
1. Polio
Papua tampaknya nyaris tak pernah 'sepi' penyakit sepanjang 2019. Pada April lalu, Papua menetapkan status KLB untuk kasus polio. Kasus polio sebenarnya sudah merebak di Papua Nugini sejak 2018. Nina berkata meski hanya terjadi di Papua, masyarakat musti waspada. Dia pun mengingatkan kasus polio di Sabah, Malaysia.
"Sabah berbatasan langsung dengan wilayah Indonesia yakni Kalimantan. Perlu hati-hati sebab dicek, cakupan imunisasi di Kalimantan rendah sekali," kata Nina saat temu media di RS UI beberapa waktu lalu.
Pada 2018, vaksinasi campak dan rubella (MR) digalakkan akibat penyakit ini kembali menyerang anak-anak. Nina menuturkan tahun ini vaksinasi masih jadi pekerjaan rumah buat pemerintah dan masyarakat Indonesia.
Vaksinasi tahap pertama di Pulau Jawa dinilai bisa mencapai 95 persen, artinya cakupan ini sudah cukup menangkal persebaran penyakit. Namun yang masih menyisakan catatan adalah vaksinasi di luar Pulau Jawa. Perlu ada kerjasama dari berbagai pihak demi mewujudkan cakupan vaksinasi yang lebih besar dan menyeluruh.
"Sebaran informasi harus benar. Ketika masyarakat sadar, mereka bisa sukarela ke rumah sakit karena sadar bahwa imunisasi penting," kata Nina.
3. Cacar monyet
Pada Mei 2019 lalu, Indonesia heboh akibat penyakit cacar monyet. Meski demikian, kasus yang berawal dari Singapura ini tak sampai menimbulkan wabah di Indonesia. Pihak Kemenkes menyatakan lebih memperketat penjagaan di 'pintu-pintu' masuk wilayah Indonesia.
4. Hepatitis A
Pada November 2019, Pemkot Depok, Jawa Barat menetapkan status KLB menyusul kasus hepatitis A di SMPN 20 Depok. Kasus ini menjadi kasus yang cukup ramai dibicarakan di penghujung 2019. Hepatitis A dilaporkan menjangkiti sebanyak 306 orang. Menurut Kepala Dinkes Depok Novarita, hingga Desember ini dilaporkan 'hanya' terjadi dua kasus baru.
Dia berkata, jika dari kasus terakhir hingga dua minggu setelahnya tak ada kasus baru lagi maka status KLB bisa dicabut. Pemkot Depok menetapkan status KLB mulai 20 November 2019 hingga 20 Januari 2020.
Tak hanya di Depok, hepatitis A juga mewabah di sejumlah daerah seperti Sulawesi Utara (50 kasus), Jawa Timur (1.641), Sumatra Utara (25), Banten (63), Jawa Barat (468), Kalimantan Selatan (62), DKI Jakarta (30), dan Sumatra Selatan (108).
Hepatitis A jadi mungkin menjadi trending topic di penghujung 2019, walau begitu spesialis penyakit dalam Sukamto menuturkan meski tak banyak mendapat sorotan, penyakit degeneratif masih banyak merebak di masyarakat.
"Penyakit-penyakit degeneratif seperti stroke, diabetes, hipertensi banyak ditemukan. Namun ini jadi gayanya negara berkembang," kata Sukamto saat temu media di RS Universitas Indonesia beberapa waktu lalu.
Penyakit degeneratif banyak disebabkan oleh pola hidup dan pola makan tidak sehat. Pihak Kemenkes terus menggalakkan kontrol konsumsi gula, garam dan lemak (GGL). Konsumsi berlebih pada ketiga bahan pangan ini disinyalir turut menyumbang kasus penyakit degeneratif.
Dokter yang juga Direktur Pelayanan Sekunder dan Unggulan di RS UI ini juga mengatakan penyakit infeksi pun tak kalah banyak. Tengok saja kasus-kasus dengan status KLB di Indonesia.
Selain itu, Sukamto juga menemukan tiap bulan selalu ada kasus demam tifoid atau tifus. Penyakit yang disebabkan bakteri Salmonella Typhosa ini bisa tersebar lewat kontak makanan atau minuman yang tercemar.
Kemudian cacar air pada dewasa. Cacar air disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV). Sukamto menyebut cacar air tak hanya menyerang anak tetapi juga orang dewasa. Namun pada orang dewasa, cacar air bisa menyebabkan komplikasi jauh lebih berat daripada anak.
Sebagai contoh, pasien cacar air bisa mengalami pneumonia terutama pada orang dewasa yang merokok, sepsis atau infeksi bakteri sekunder yang menyerang kulit, dehidrasi hingga radang otak atau ensefalitis.
Lalu, ada tuberkulosis (TBC). Beberapa tahun lalu TBC membuat Indonesia menempati urutan kedua dunia dengan kasus terbanyak. Sukamto mengatakan, masyarakat perlu memahami bahwa TBC di negara maju dan negara berkembang berbeda.
Di negara maju, TBC merebak akibat HIV/AIDS. Kekebalan tubuh menurun sehingga bakteri atau virus penyebab penyakit mudah masuk. Sedangkan di negara berkembang, TBC memang masih tinggi.
"Kadang orang enggak tahu kalau dirinya tertular atau jadi penular," imbuhnya.
Kesadaran untuk menjaga kebersihan sangat ditekankan demi mencegah penularan. Kebiasaan cuci tangan, menutup mulut saat batuk bisa membantu. Termasuk melakukan imunisasi lengkap untuk meningkatkan kekebalan tubuh.
Sumber : CNNINDONESIA
0 Komentar