Masterceme, Kesehatan - Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan tengah mempercepat kinerja untuk menghasilkan vaksin Covid-19. Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus berkata ada tujuh atau delapan kandidat teratas calon vaksin.
"Kami memiliki kandidat yang baik sekarang. Yang teratas, sekitar tujuh, delapan. Tetapi kami memiliki lebih dari 100 kandidat," kata Tedros seperti dikutip The Times of Israel.
Harus diakui, riset untuk menghasilkan vaksin bukan perkara mudah. Indi Dharmayanti, Kepala Balai Besar Penelitian Veteriner Bogor, Kementan RI, origin atau asal dari SARS-Cov-2 alias virus corona ini sangat kompleks. Padahal untuk menghadapi virus dan menemukan vaksinnya, peneliti perlu mengenal virus dan memetakannya.
Kuat dugaan virus corona berasal dari hewan kelelawar. Indi menjelaskan sebuah riset melalui analisis evolusi full-genome menyatakan virus corona memiliki kemiripan sekuen sebesar 96,3 persen dengan bat-Cov RaT G13 atau virus corona yang diisolasi dari kelelawar di Yunan pada 2013. Kemudian Covid-19 dan bat-Cov RaT G13 membentuk satu kluster dengan SARS karena kelelawar.
"Sehingga Covid-19 diperkirakan berasal dari kelelawar," kata Indi dalam webinar bersama Perkumpulan Pemberantasan Penyakit Parasitik Indonesia (P4I), Kamis (14/5).
Tak hanya sampai di sini, Indi menuturkan meski ada kemiripan genom dengan bat-Cov RaT G13, hanya saja proteinnya berbeda. Padahal genom terdiri dari poliprotein yang jadi target pengembangan vaksin guna mengendalikan penyakit. Ini baru membandingkan dengan satu jenis virus, peneliti pun masih harus melihat jenis virus lain.
Dia mencatat, ada sebanyak 11 calon vaksin untuk Covid-19. Hingga 8 April 2020, terdapat 78 proyek aktif dengan rincian sebanyak 73 proyek berada dalam tahap eksplorasi dan 5 lainnya sudah dalam fase uji klinis.
Sebagian besar proyek tercatat berada di Amerika Utara (36 pengembang), China (14 pengembang), Asia dan Australia (14 pengembang) dan Eropa (14 pengembang). Dia menambahkan sebagian besar pengembang merupakan perusahaan swasta (72 persen), lainnya merupakan akademik, sektor publik dan organisasi non-profit (28 persen). Informasi terbaru, pada 5 Mei tercatat ada sebanyak 100 uji klinis yang dilakukan 8 perusahaan swasta maupun perusahaan lain.
Bagaimana dengan pengembangan vaksin di Indonesia?
"Kita tunggu. Genom di Indonesia harus terpetakan dengan baik. Ini terbatas sekali baru dari Eijkman dan lembaga riset lain belum. Kita perlu menentukan medium genetik kita yang mana, kita di variasi yang mana," ujarnya.
Sumber : CNNINDONESIA
0 Komentar