Indonesia, Wisata - Uluru di Australia resmi ditutup secara permanen untuk para pendaki mulai Jumat (25/10) malam demi memenuhi keinginan Suku Aborigin yang ingin menjaga kesakralan bukit batu itu.
Namun sebelum penutupan nanti malam, ratusan wisatawan terlihat berdatangan untuk mengunjunginya terakhir kali.
Setelah pendaki terakhir pulang saat matahari terbenam, penjaga akan menutup gerbang masuk ke situs terkenal di dunia yang juga dikenal sebagai Ayers Rock itu.
Larangan yang pertama kali diumumkan pada tahun 2017 ini telah lama diminta Anangu, Suku Aborigin yang mendiami tanah tersebut, yang memiliki hubungan dengan situs puluhan ribu tahun lamanya.
Ada banyak papan larangan di dasar bukit batu yang meminta pengunjung tidak memanjat. Namun larangan ini tak diindahkan oleh pengunjung, terutama setelah aturan baru bakal diterapkan.
"Saya datang ke sini hanya untuk melihatnya tetapi ini adalah hari terakhir yang memungkinkan (untuk mendaki Uluru), jadi saya telah memutuskan untuk mencobanya," kata turis Polandia Matt Oswiecimiki, seperti yang dikutip dari AFP pada Jumat (25/10).
Turis berusia 29 tahun itu mengatakan bahwa "sangat adil untuk menerapkan larangan permanen" untuk menghormati Anangu.
Wisatawan masih dibolehkan untuk mengunjungi Taman Nasional Uluru-Kata Tjuta, di mana mereka dapat menatap monolit dari kejauhan, berjalan-jalan di sekelilingnya dan belajar tentang Suku Aborigin di pusat kebudayaan.
"Cukup bagi saya untuk bisa berjalan-jalan dan melihat batu itu dari kejauhan," kata turis asal Jepang, Masahira Suda, yang mengaku melakukan hal tersebut untuk menghormati Suku Aborigin.
Lebih dari 395 ribu orang mengunjungi Uluru-Kata Tjuta sejak awal tahun hingga Juni 2019, menurut badan pengelola taman nasional Parks Australia - sekitar 20 persen lebih banyak dari tahun sebelumnya.
Sekitar 13 persen pengunjung selama periode itu melakukan pendakian, kata otoritas taman.
Uluru memiliki makna spiritual dan budaya yang besar bagi suku asli Australia, dan orang-orang Anangu akan mengadakan upacara pada hari Sabtu untuk menandai diresmikannya larangan pendakian.
Suku Aborigin telah lama meminta pengunjung untuk menahan diri memanjat situs itu. Selain karena sakral, bukit batu itu juga sangat curam dan membahayakan keselamatan.
Curamnya bukit juga ditambah dengan lapisan pasir yang licin. Hingga saat ini tercatat sebanyak 35 orang telah meninggal dunia dalam usaha pendakian.
Bukit batu Uluru menjulang setinggi 348 meter. Suhu musim panas di sini sering mencapai 45 derajat Celcius.
Hari Sabtu (26/10) menandai 34 tahun diserahkannya Bukit Uluru dari pemerintah ke Suku Aborigin.
Sumber : CNNINDONESIA
0 Komentar